iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

Hendi juga mendorong agar keluarga pesantren memiliki peran strategis dalam upaya penanganan pandemi Covid-19, salah satunya dengan melakukan sosialiasi secara masif, terkhusus tentang pentingnya protokol kesehatan di lingkungan pondok pesantren dan sekitar.

Hendi lantas memaparkan tentang perlunya menyempurnakan protokol kesehatan dari 5M menjadi 6M, dengan menambahkan munajat atau membaca doa sebagai hal yang juga penting dilakukan di masa pandemi COVID-19 yang belum usai saat ini. Pasalnya, menurut Hendi, persoalan Covid-19 bukan hanya tentang menjaga fisik saja, tetapi juga menjaga pikiran dan hati untuk tetap optimistis.

“Di Semarang, kami menggalakkan gerakan Jarik Masjid (Jumat Resik – Resik Masjid) serta berupaya menegakkan protokol kesehatan, tidak hanya 5M, tetapi 6M, yaitu M yang ke-6 adalah membaca doa atau munajat,” terang Hendi. “Insya’ Allah dengan pertolongan Allah kita semua bisa terus mendapatkan perlindungan di tengah wabah Covid-19 saat ini,” tandasnya.

Andi Jauhari selaku moderator kegiatan mengapresiasi upaya Hendi menginisasi penyempurnaan protokol kesehatan dengan menambahkan ‘membaca doa’ sebagai juga kewajiban dalam menjaga diri di masa pandemi Covid-19.

“Saya sudah mendengar cerita – cerita di banyak daerah tentang berbagai upaya penanganan Covid-19, tapi baru di Semarang saya mendengar bahwa bermunajat atau membaca doa masuk dalam protokol kesehatan, ini tentu dapat menjadi contoh daerah lainnya,” katanya. (den/aro)


Sumber: www.jawapos.com

Berita Terkait



add images