iklan Ilustrasi
Ilustrasi

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Harga minyak dunia terus melonjak, bahkan pada hari ini harga minyak jenis Brent hari ini menyentuh level USD71,35 per barel, nilai tertinggi dalam kurun waktu setahun terakhir. Sedangkan minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menyentuh angka USD68,83 per barel, tertinggi sejak Oktober 2020.

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan, kenaikan harga minyak dunia yang terjadi saat ini bisa disikapi dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu sektor hulu dan sektor hilir.

“Soal minyak yang menyentuh level tertinggi setahun terakhir, saya kira ada dua sisi. Di sektor hulu ini sangat bagus sekali, karena KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) merasa bahwa nilai keekonomian harga minyak sangat ekonomis dan diharapkan mereka akan terus meningkatkan produksi dan kegiatan Work Over Well Services dan kegiatan-kegiatan produksi mereka,” ujar Mamit Setiawan kepada Fajar Indonesia Network (FIN) saat dihubungi, Kamis (3/6).

Tak hanya itu, menurut Mamit kenaikan harga minyak di hulu juga bakal meningkatkan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). “Diharapkan dengan kenaikan harga ini, kegiatan lifting migas tetap terjaga, kegiatan eksplorasi tetus meningkat untuk menemukan cadangan migas baru dan saya harapkan kedepan akan ada peningkatan PNBP,” tuturnya.

Kenaikan harga minyak juga diharapkan bisa meningkatkan gairah KKKS untuk terus melakukan eksplorasi, mencari cadangan-cadangan baru, sehingga target peningkatan lifting minyak 1 juta BOPD (Barel Oil Per Day) pada 2030 bisa tercapai.

“Ini saya kira sangat bagus sekali dan mendorong KKKS untuk meningkatkan produksi mereka dan kegiatan-kegiatan eksplorasi sehingga target liftting kita terus meningkat, bahkan sampai 1 juta barel di 2030, mudah-mudahan dengan harga yang sangat mendukung ini, maka semangat untuk investasi di hulu migas bisa tumbuh kembali,” ujarnya.


Berita Terkait



add images