iklan

Sementara itu, Gubernur Jambi, Dr. H. Al Haris, S.Sos., M.H. dalam sambutannya berharap sinergi, kolaborasi, dan percepatan dilakukan berbagai pihak guna membangun daerah.

"Kami tentunya berterima kasih banyak kepada SKK Migas yang telah sepakat untuk meletakkan batu pertama. KPK langsung mengawal agar sasarannya tepat. Tanjab Barat ini memang areal yang besar untuk produksi gas dan minyak di Provinsi Jambi. Saya berharap sinergi daripada teman-teman sekalian harus dikelola dengan baik dan cepat. Semakin banyak penerimaan negara, APBN kita makin baik dan bisa membangun daerah. Mudah-mudahan ini bisa cepat proses pengerjaannya. Semata-mata kegiatan ini diupayakan untuk masyarakat," ujar Gubernur Jambi, Al Haris. 

Penekanan sirine yang dikomandoi oleh Gubernur Jambi, sebagai pertanda bahwa pelaksanaan Akatara Project secara resmi dimulai, disertai pemancangan pertama dan penandatangan prasasti. Pada peletakan batu dan pemancangan pertama Akatara Project, turut dilakukan penandatangaan Nota Kesepahamam atau MoU tentang Pemberdayaan dan Penempatan Tenaga Kerja Lokal antara Bupati Tanjung Jabung Barat, Ust. Drs. H. Anwar Sadat, M.Ag. dengan Soesilo L. Nugroho selaku Director & Project Manager PT JGC Indonesia.

Kegiatan yang diorganisir oleh PT. Searah Media Utama (Searah) selaku event organizer ini diakhiri dengan penanaman bibit pohon sebagai wujud komitmen Akatara Project terhadap pelestarian lingkungan dan penghijauan di wilayah operasi produksi. 

Akatara Field berlokasi di Pulau Sumatera, Provinsi Jambi, tepatnya di Blok Lemang dengan sistem sharing contract, dioperasikan oleh Jadestone Energy Lemang Pte. Ltd. Lapangan Akatara sebelumnya telah beroperasi dengan memproduksikan minyak sejak tahun 2016 hingga 2019. Namun demikian, berdasarkan hasil pengeboran pada tahun 2017 hingga 2018, ditemukan cadangan gas yang ekonomis.

Hal ini sejalan dengan potensi area sekitar seperti lapangan Betara yang merupakan wilayah operasi hulu migas yaag saat ini terbesar kontribusi produksi gas-nya di Provinsi Jambi.

Kontraktor Pemerintah ini mengkomersialisasikan gas yang bersumber dari di well pads A, B, C & D serta memproduksi raw gas sebanyak 25 MMSCFD dan akan terbentuk sebagai LPG. Meski demikian, sistem flowline lapangan yang ada akan dipertahankan.

Sementara sebanyak 20 MMSCFD gas akan diekspor via 8” x 17 KM di sistem transporter gas, termasuk di stasiun metering gas. Hasil kondesatnya-pun akan turut membantu memberikan pasokan tambahan bagi pemenuhan kebutuhan energi nasional. (*)


Berita Terkait