"Yang sekarang kewalahan saya punya anggota kasihan, tidak ada peralatannya, pokoknya modal semangat saja,"ungkapnya, Kamis, 28 September.
Hasbi memaparkan, sejak kemarau panjang melanda Sulsel tercatat sudah ada seluas 250 hektare lahan yang terbakar. Itu belum termasuk kebakaran hutan pinus Malino, kemarin. "Tiap hari ada kebakaran. Kasus (Karhutla) ini setiap hari ada di beberapa titik terjadi," bebernya.
Hasbi juga mengatakan pihaknya terus membangun koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menangani karhutla ini. Lebih khusus, Hasbi mengatakan bahwa Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPI Karhutla) adalah pihak yang menjadi penanggung jawabnya.
Namun Hasbi mengakui tidak bisa menggantungkan harapan sepenuhnya kepada BPPI. Oleh karena itu, ia berharap pihak pemerintah daerah segera membentuk dan mengoperasikan Satgas Bencana Karhutla.
"Memang mereka (BPPI) yang punya tanggung jawab untuk kebakaran. Hanya masalahnya mereka punya orang sedikit, dan lokasinya hanya berkumpul di Gowa saja," jelasnya.
Langkah pencegahan yang dilakukan pihaknya adalah dengan membentuk Kelompok Masyarakat Peduli Api di setiap desa. Kelompok itu akan bertugas mensosialisasikan bahaya pembakaran lahan.
"Masyarakat diimbau tidak melakukan pembakaran lahan, kan itu dilarang cuma masyarakat terkesan tidak peduli," tukasnya.
Kabid Linmas dan Damkar Satpol-PP Sulsel, Pahlevi memaparkan data kasus Karhutla di Sulsel sebanyak 277 kasus. Data tersebut berdasarkan laporan yang diterimanya sejak awal tahun 2023 hingga saat ini.
"Laporan yang kami himpun dari daerah, itu ada 277 kasus kebakaran hutan atau bisa dibilang ada 277 titik api yang sudah berhasil dipadamkan," ungkapnya.
Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Sulsel dikabarkan mengalami penambahan yang signifikan. Kasus Karhutla ini diperparah dengan fenomena iklim kekeringan ekstrem di beberapa daerah.
"Kita tahu sekarang di beberapa tempat lagi kekurangan air. Dengan adanya kebakaran hutan ini, tentu penggunaan air jadi terbagi dua. Untuk memadamkan api dan juga untuk digunakan masyarakat," ujarnya.
Daerah yang terdata banyak karhutla di antaranya Luwu Timur, kemudian Pare-Pare, dan Sidrap. Lalu Maros, kemudian di daerah Gowa, Takalar, Jeneponto.(wid-uca-an-wis/dir)
Sumber: www.fajar.co.id