iklan
Dilansir dari Reuters, Abdul Malik al-Houthi membangun reputasi sebagai komandan medan perang yang sengit sebelum muncul sebagai pemimpin gerakan Houthi. Militan Houthi ini adalah pejuang gunung yang telah memerangi koalisi militer pimpinan Arab Saudi sejak 2015 dalam konflik yang telah menewaskan puluhan ribu orang. Pemberontakan ini menghancurkan perekonomian Yaman dan menyebabkan jutaan orang meninggal karena kelaparan.

Di bawah arahan Abdul Malik al-Houthi, yang berusia 40-an, kelompok tersebut telah memperoleh puluhan ribu pejuang dan persenjataan besar berupa drone bersenjata dan rudal balistik. Mereka telah menggunakan serangan ini untuk berulang kali menyerang infrastruktur strategis Arab Saudi meskipun telah terjadi pemboman selama bertahun-tahun di wilayahnya.

Pada Januari 2022, Houthi meningkatkan pertaruhannya dengan serangan rudal terhadap pariwisata Teluk dan pusat komersial Uni Emirat Arab, seperti Arab Saudi yang merupakan sekutu utama AS.

“Dia (Abdul Malik al-Houthi) berhasil mengubah milisi pedesaan yang sebagian besar terlibat dalam taktik pemberontakan menjadi salah satu kelompok bersenjata non-negara yang paling tangguh di kawasan ini,” kata Ludovico Carlino, Analis Utama, Country Risk, Timur Tengah dan Afrika Utara di MarkitNYA.

Dalam pidatonya pada tahun 2022, Abdul Malik al-Houthi mengatakan tujuannya adalah untuk dapat mencapai target apa pun di Arab Saudi atau Uni Emirat Arab. Kedua negara ini merupakan produsen minyak utama OPEC yang memandang Iran dan proksinya sebagai ancaman keamanan utama di Timur Tengah dan sekitarnya. 

Tak pernah muncul ke publik.. 


Berita Terkait