JAMBIUPDATE CO, JAMBI - Politik dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung merupakan pertarungan persepsi. Siapa yang mampu mengelola persepsi akan makin besar peluangnya memenangkan pertarungan.
Jika sudah terbentuk persepsi yang kuat dalam memori kolektifnya tentang kandidat tersebut. Maka, penerimaan di masyarakat akan baik pula. Menjadi pondasi elektoral yang kokoh.
Kesimpulan ini disampaikan Pengamat Politik Jambi Dr Noviardi Ferzi dalam diskusi bedah data pemilihan Wali Kota Jambi, Rabu (19/6/2024) lalu di Gudhas Cafe bersama penggiat media sosial.
Menurutnya, di antara beberapa nama yang muncul berdasarkan sebaran data primer enam bulan terakhir nama H Abdul Rahman atau HAR memiliki persepsi yang kuat dan merata di masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan elektabilitas yang terus meningkat dalam beberapa kali survei.
"Secara spesifik persepsi masyarakat tentang HAR sangat baik. Ia dikenal low profile, pekerja keras, merakyat dan mencerminkan semangat keberlanjutan pembangunan Kota Jambi, di akar rumput ia lebih disukai oleh masyarakat," kata di Direktur Eksekutip LKPR Riset and Cansulting ini mengatakan
Dalam hal persepsi ini, pengamat politik yang dikenal kritis ini menyarankan agar bisa dibangun secara massif dalam kekuatan opini diberbagai media.
Sehingga, jika dihadapkan head to head antara jargon persepsi tentang dan “perubahan” dengan persepsi “keberlanjutan” maka bagi masyarakat kota lebih mengena jargon keberlanjutan.
Hebatnya, kata Noviardi Ferzi, mayoritas warga kota menilai mewakili sosok yang mampu melanjutkan pembangunan Kota Jambi di era Syarif Fasha.
Selanjutnya, Noviardi juga mengingatkan jangan sekali-kali meremehkan opini. Kenapa, opini akan mampu membentuk persepsi publik tentang seorang kandidat.
"Untuk itu, jika kita ingin membaca arah dukungan politik masyarakat terhadap kandidat yang maju dalam pilkada khususnya di Kota Jambi, kita bisa membaca suasana psikologis masyarakat akan “persepsinya” terhadap kandidat itu,".
"Jika terbaca massif dan menjadi opini publik baik, dia akan menang. Jika sebaliknya, siap-siap saja dia kalah dan terjungkal. Meskipun dia berada pada posisi incumbent atau petahana dengan segala kekuasaan yang ada ditangannya," pungkasnya.(*)