iklan
Pemanfaatan kelapa untuk agroindustri di Jambi belum maksimal. Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus, mengatakan agroindustri kelapa perlu dikembangkan mengingat potensinya yang sangat besar.
    
"Dengan berkembangnya agroindustri kelapa, baik industri besar maupun kecil, maka permintaan bahan baku kelapa akan meningkat," kata gubernur pada Konferensi Nasional Kelapa VIII di Jambi, Rabu.
    
Jambi bisa memaksimalkan produksi kelapa yang sudah ada, karena memang dari kelapa cukup banyak yang bisa dihasilkan. "Mulai dari batangnya yang bisa untuk mebel, lidi kelapanya untuk sapu, tempurungnya bisa dimanfaatkan, dan santan kelapa sudah ada yang siap saji. Jika ini dikelola dengan baik akan bisa meningkatkan penghasilan masyarakat," kata gubernur.

Di Jambi luas kebun kelapa tua dan rusak yang memerlukan peremajaan mencapai 18.487 Ha. Areal terluas ada di Kab Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Tidak produktifnya tanaman kelapa berdampak terhadap menurunnya pendapatan dan kesejahteraan petani. Ini secara tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Prov Jambi.

Ia menjelaskan, subsektor perkebunan memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap perekonomian di beberapa daerah, termasuk Prov Jambi. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Prov Jambi atas harga berlaku pada 2013 tercatat lebih dari 28 %.

Dari angka tersebut, sekitar 15 % di antaranaya merupakan kontribusi dari subsektor perkebunan. Dengan kata lain, subsektor perkebunan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian Prov Jambi sebesar 54 %.

Ini menunjukan peranan sektor pertanian, khususnya subsektor perkebunan, dalam perekonomian Prov Jambi masih relatif besar bila dibandingkan dengan subsektor lainnya. Disamping itu, lebih kurang Rp 20 triliun uang beredar berasal dari hasil perkebunan.
    
Sementara itu, Menteri Pertanian dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Dirjen Perkebunan, Gamal Nasir, mengatakan tanaman kelapa adalah salah satu komoditi perkebunan yang berperan penting dan berkontribusi positif dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
    
"Ini menunjukkan tanaman kelapa secara nyata menjadi salah satu tulang punggung pembangunan ekonomi nasional, sebagai penghasil minyak nabati/sumber pangan, dan energi terbarukan," katanya.
    
Ia mengatakan, hampir seluruh bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan sehingga dijuluki sebagai pohon kehidupan, karena dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya.
    
Namun demikian, masih banyak peluang dan tantangan di bidang perkelapaan yang perlu dicarikan pemecahannya. Salah satunya, industri pengolahan yang berbahan baku kelapa masih didominasi oleh industri primer, seperti industri minyak kelapa, arang tempurung, dan sabut kelapa, yang limbahnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan lanjutan.
    
"Walaupun industri kerajinan dari tempurung dan kayu kelapa cukup berkembang, produksi yang dihasilkan di tingkat petani masih berupa kelapa butiran, kopra, gula, dan minyak klentik, sehingga petani belum menikmati nilai tambah," kata Menteri.(set)

Berita Terkait



add images