iklan

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan ketersediaan bahan pangan selama Ramadan dan Idulfitsi kali ini dalam kondisi aman. Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi mengatakan, beberapa komoditas justru surplus.

Agung menjelaskan, pemerintah sudah lama mengantisipasi lonjakan kebutuhan pangan saat Ramadan dan Lebaran melalui peningkatan produksi dan penambahan luas lahan tanam. Dengan demikian ketersediaan pangan pun aman.

Ketersedian bahan pangan cukup dan aman, sehingga konsumen bisa tenang, ujar Agung, Selasa (4/6). Baca juga: Cerita Menteri Amran soal Ikhtiar 4,5 Tahun Bersama Kementan

Menurut Agung, saat ini stok beras di Bulog sekitar 2,2 juta ton dan musim panen masih berlangsung. Berdasar hasil pemantauan di Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta pada 28 Mei 2019, stok beras mencapai 50.752 ton, jauh di atas kondisi normal pada kisaran 25 ribu - 30 ribu ton. 

Sementara berdasar perkiraan neraca kumulatif komoditas lainnya dari Januari sampai Juni 2019, bawang merah mengalami surplus 84 ribu ton, daging ayam surplus 168 ribu ton, cabai rawit surplus 94 ribu ton, cabai besar surplus 158 ribu ribu ton, telur ayam surplus 17 ribu ton, gula pasir surplus 388 ribu ton, dan minyak goreng surplus 13,5 juta ton.

Agung menambahkan, perkembangan harga beras, telur ayam ras, daging sapi, gula pasir dan minyak goreng tingkat eceran di wilayah DKI Jakarta sampai dengan awal Juni 2019 stabil dan normal. Bawang putih, bawang merah, cabai merah dan cabai rawit mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan minggu pertama-kedua bulan Mei.

Kementan juga telah melaksanakan operasi pasar di 100 titik di berbagai wilayah dan Gelar Pangan Murah (GPM) yang bersinergi dengan Pemda DKI, PD Pasar Jaya, asosiasi atau supplier dan importir, terutama di pasar eceran dan lingkungan permukiman. 

Untuk beras misalnya, dijual di kisaran Rp 8.500-8.800  per kg di seluruh Indonesia. TTI Center (TTIC) yang berada di ibu kota provinsi bahkan menjual cabai, bawang merah, bawang putih, daging sapi, daging ayam, telur ayam, gula, dan minyak goreng di bawah harga pasar.

Agung menambahkan, TTI/TTIC telah berkiprah banyak dalam menjual komoditas pangan dengan harga lebih murah dibanding di pasaran karena dikirim langsung oleh petani. Keberadaan TTI mampu memangkas mata rantai distribusi penjualan hasil pertanian yang panjang selama ini.

Melalui TTI diharapkan perbaikan distribusi akan terbentuk, karena lebih mendekatkan petani dengan konsumen, sehingga petani selaku produsen memperoleh harga yang layak, dan konsumen memperoleh harga  terjangkau.

"Kementan juga menjaga harga di tingkat produsen/petani karena menyangkut kesejahteraan petani. Kami bersama Bulog dan pelaku usaha melakukan pembelian langsung di petani pada harga wajar, agar petani untung," kata Agung dalam keterangan yang diterima, Selasa (4/6).

Ada pula program e-commerce TTI yang sampai akhir Mei 2019 telah mencatat transaksi Rp 11,5 miliar dan melibatkan 423 Gapoktan serta 1.172 TTI. 

Agung mengatakan selama tahun 2016-2019 pada periode Ramadan tingkat inflasi mengalami penurunan. Tercatat sejak tahun 2016 berturut-turut berada di level 0,69 persen (2016-2017); 0,59 persen (2018); dan 0,31 persen (2019).(tan/jpnn)

 


Sumber: jpnn.com

Berita Terkait



add images