JAMBIUPDATE.CO, JAMBI-Airul Harahap (13), santri Pondok Pesantren (Ponpes) Raudhatul Mujawwidin Tebo, dipastikan tewas dibunuh oleh seniornya sendiri.
Kedua pelaku adalah AR (15) Warga Kuamang Kuning, Kabupaten Bungo, dan RAH (14) Warga Betung Bedarah Barat, Kecamatan Tebo Ilir, Kabupaten Tebo.
Kedua pelaku saat ini masih duduk di kelas III MTS dan sudah diamankan di Polres Tebo.
BACA JUGA: PPP, PDIP dan NasDem Gugat Hasil Pemilu di Jambi
Anggota tim kuasa hukum keluarga korban Airul, Rifki Septino mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi kinerja Polda Jambi yang telah mengungkap kasus tersebut dan menetapkan dua orang tersangka, setelah empat bulan sejak November 2023 lalu hingga sekarang terungkap.
‘‘Walaupun terungkapnya setelah satu minggu viral di media sosial kita tetap mengapresiasi kinerja Polda Jambi yang telah mengungkap misteri kematian ananda Airul ini,’‘ katanya.
Namun demikian, kuasa hukum mempertanyakan apakah benar Airul Harahap (13) ini dianiaya setelah itu disetrum, atau dianiaya tanpa disetrum, atau setruman listrik ini hanya skenario belaka.
BACA JUGA: NGERI!!! Petani Karet di Ladang Panjang Diserang Beruang Liar
Ada beberapa poin yang menjadi perhatian pihaknya pada press release yang dilakukan oleh Polda Jambi, Sabtu (23/3) kemarin.
Lanjut Rifki, terkait dengan dua tersangka yang sudah ditangkap dan ditahan Polres Tebo yang dikaitkan dengan peristiwa misteri kematian Airul Harahap (13), yang di dalam press release tersebut disampaikan bahwa Airul ini meninggal akibat perbuatan kedua orang tersangka ini dan ditambah dengan adanya setruman listrik.
BACA JUGA: Al Haris Minta Ponpes Se-Jambi Dilengkapi Guru Psikologis, Pasca Tewasnya Santri Ditangan Senior
‘‘Yang menjadi pertanyaan kami selaku kuasa hukum keluarga korban, mungkin tidak bisa terjadi perbuatan ini hanya dengan dua pelaku saja, sementara ini perbuatannya sangat keji dan tidak manusiawi,’‘ katanya.
Ditambahkan Rifki, pihaknya meminta kepada pihak kepolisian untuk membuka kepada masyarakat hasil autopsi yang sebenarnya supaya jelas.
‘‘Pertanyaan kami, apakah benar ananda Airul ini dianiaya setelah itu di etrum, atau dianiaya tanpa disetrum atau setruman listrik ini hanya skenario,’‘ ujarnya.