iklan Tim penyelam dan SAR dari TNI AL menyisir perairan Karawang untuk menemukan para korban dan puing Lion Air JT 610 (Dery Ridwansah/JawaPos.com)
Tim penyelam dan SAR dari TNI AL menyisir perairan Karawang untuk menemukan para korban dan puing Lion Air JT 610 (Dery Ridwansah/JawaPos.com)

JAMBIUPDATE.CO, - Hingga kemarin cockpit voice recorder (CVR) pesawat Lion Air PK-LQP bernomor penerbangan JT 610 belum ditemukan. Sinyal dari ping locator makin lemah. Namun, Basarnas dan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih mencari salah satu kotak hitam tersebut yang bisa menjadi kunci informasi jatuhnya Boeing 737 MAX 8 tersebut.

Basarnas hingga besok (10/11) menargetkan operasi yang dilakukan bertujuan mencari korban. Mereka menduga, masih ada beberapa korban di dasar laut sekitar puing pesawat hingga radius 250 meter.

"Target operasi SAR tim Basarnas adalah melakukan penyapuan, baik di dasar laut maupun di permukaan untuk mencari korban," kata Kabasarnas Muhammad Syaugi kemarin (8/11).Staf Humas Agus Basori mengatakan, ada kemungkinan jenazah korban yang ditemukan terendam lumpur di dasar laut. Perairan utara Karawang, Jawa Barat, memiliki kedalaman 30-35 meter. Dengan demikian, tim evakuasi bisa menyelam secara manual. "Kemungkinan yang tersisa, ya hanya body part (potongan bagian tubuh, Red)," ungkapnya.

Basarnas telah memerintah tim penyelam untuk melakukan sapu bersih, baik di dasar maupun permukaan. Sebab, puing-puing pesawat berserakan. Puing dan body part yang berukuran kecil memang mudah hanyut. Tim evakuasi pun memperluas jangkauan pencarian. "Body part yang besar sudah tidak ada. Serpihan nyebar sampai radius 250 meter," ungkapnya. Meski sudah berhari-hari terendam di kedalaman air laut, body part jenazah korban itu tetap bisa dikenali. Itu dilakukan melalui pengujian DNA.

Hingga kemarin sore tim penyelam mengevakuasi body part korban yang mencapai delapan kantong jenazah. Semua dibawa ke posko dengan menggunakan KN SAR-231 Sadewa tepat pukul 18.10. Sejak hari pertama hingga kemarin, total jumlah body part yang telah dievakuasi sebanyak 195 kantong.

"Semua jenazah telah diberi label dan kami serahkan kepada tim DVI untuk selanjutnya dievakuasi ke RS Polri," tutur Syaugi. Mereka beroperasi di sektor prioritas 1 yang telah diberi marking atau point penyelaman yang dicurigai ada body part korban.

Seperti diberitakan, Kabasarnas memperpanjang tiga hari proses pencarian korban Lion Air. Perpanjangan waktu tersebut dilaksanakan untuk memastikan bahwa sudah tidak ada lagi korban yang harus dievakuasi. Tim SAR yang beroperasi hanya dari internal Basarnas dan KNKT.

Pada operasi hari ini, Basarnas mengerahkan KN SAR Basudewa sebagai on scene coordinator (OSC) atau koordinator pencarian, KN SAR Sadewa sebagai SAR unit (SRU), KN SAR Drupada sebagai SRU, dan 2 unit rubber inflatable boat (RIB), serta 41 personel penyelam dari Basarnas Special Group (BSG).

Sementara itu, pencarian CVR menjadi tanggung jawab dan tugas KNKT. Lembaga tersebut telah mengerahkan empat alat ping locator. Alat tersebut sempat mendeteksi sinyal CVR, tapi lemah. Posisi sumber sinyal itu sulit dipastikan lantaran di dasar laut terdapat lumpur yang kedalamannya lebih dari 1 meter. "Ada kemungkinan CVR terendam lumpur," ungkap Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono.

Update Identifikasi

Para korban Lion Air yang teridentifikasi bertambah. Kemarin (8/11) tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri kembali menetapkan identitas 20 jenazah korban. Mereka adalah Denny Maulana, 30; Shintia Melina, 25; Yunita, 32; Daryanto, 43; Junior Priadi, 32; Hesti Nuraini, 45; Inayah Fatwa Kurnia Dewi, 38; Mery Yulyanda, 23; Haska Hafidzi, 31; Linda, 49; Filzaldi, 50; Ary Budiastuti, 48; Hasnawati, 57; Wendy, 29; Indra Bayu Aji, 39; Dolar, 37; Abdul Efendi, 50; Tan Toni, 60; Hedy, 36; dan Arif Yustian, 20.

Dengan begitu, hingga kemarin, total 71 korban telah diidentifikasi. Perinciannya, 52 lelaki dan 19 perempuan. Kepala Operasi DVI Polri Kombespol Lisda Cancer menjelaskan, 15 di antara 20 korban kemarin (8/11) teridentifikasi dengan metode tes DNA. "Sisanya teridentifikasi dari sidik jari," paparnya kemarin.

Penyerahan jenazah juga telah dilaksanakan tadi malam. Informasi yang diterima Jawa Pos, salah seorang korban bernama Rudolf belum diserahkan ke pihak keluarga untuk dikuburkan karena ada sejumlah permasalahan. Yakni, lima istri mendiang masih berebut terkait hak menguburkan dan ahli waris.

Mereka saling mengklaim menjadi keluarga inti korban. Sebagaimana kasus kecelakaan, dengan menjadi ahli waris, yang bersangkutan akan menjadi pihak yang berhak menerima uang duka atau asuransi. Pihak Lion berkomitmen memberikan asuransi senilai Rp 1,3 miliar kepada ahli waris korban.

Sebelumnya, sempat terjadi percekcokan saat dokumen kematian korban diberikan ke pihak keluarga. Salah seorang istri yang akan menerima surat kematian dihentikan istri yang lainnya.

Dimintai konfirmasi terkait kejadian itu, Kepala Instalasi Forensik Pusdokkes Polri Kombespol Edi Purnomo menuturkan bahwa yang pasti jenazah telah diserahkan Polri ke pihak Lion Air. "Kami tidak langsung berhubungan ke keluarga. Tapi, ke Lion Air dan maskapai ini yang serahkan ke keluarga," ujarnya.

Persoalan dokumen sebenarnya menjadi salah satu yang dikeluhkan keluarga korban. Misalnya, Ida Riana, ibu dan nenek empat korban jatuhnya Lion Air JT 610. Menurut dia, yang paling menyusahkan dalam proses itu adalah permintaan manajemen Lion untuk menyerahkan dokumen akta kelahiran korban dan wakil keluarga inti.

Sementara itu, pihak Lion Air akan menyelesaikan rebutan uang asuransi oleh lima istri melalui dua pendekatan. Jalan kekeluargaan dan jalur hukum.

Proses Pidana

Kemungkinan adanya pidana dalam kecelakaan Lion Air JT 610 bakal diketahui secepatnya. Polri memastikan adanya kesamaan penyebab sementara dalam jatuhnya pesawat nahas tersebut. Kerusakan alat petunjuk kecepatan pesawat menjadi hal yang menonjol dalam pemeriksaan terhadap pilot yang pernah menerbangkan pesawat itu.

Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, penyidikan oleh Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) menghasilkan kesimpulan sementara adanya gangguan navigasi, baik alat petunjuk kecepatan maupun ketinggian. "Itu temuan KNKT," ujarnya.

Polri memeriksa sejumlah pihak. Terutama pilot Lion Air yang menerbangkan pesawat itu sebelum terjadinya insiden tersebut, baik dari rute Manado-Denpasar maupun Denpasar-Cengkareng. Hasil temuannya ternyata hampir sama. "Dari pemeriksaan Polri, hampir klop dengan hipotesis KNKT," paparnya kemarin (8/11).

Dia memastikan bukan hanya pilot, tetapi teknisi Lion Air juga diperiksa terkait kasus tersebut. "Kita lihat kesimpulannya seperti apa nanti. Yang pasti, Polri tidak ingin kejadian yang sama terulang," tegasnya.

Pemeriksaan yang dilakukan Polri meluas bukan hanya soal kerusakan petunjuk kecepatan. Namun, Korps Bhayangkara itu juga berusaha menemukan fakta lain. Misalnya, kemungkinan pilot menggunakan obat-obatan atau malah pilot dipaksa bekerja dalam kondisi yang tidak prima. "Maka, tim kesehatan perusahaan ini kita periksa juga. Bahkan, sampai ke petugas keamanan," tuturnya.

Apakah kelalaian teknisi akan diselidiki? Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan bahwa KNKT akan mendeteksi hal tersebut. "Mereka akan kaji juga masuk kecelakaan penerbangan atau sudah ranah pidana. KNKT dulu soal kemungkinan keteledoran," ujarnya. 

(lyn/idr/c10/c6/agm)


Sumber: JawaPos.com

Berita Terkait



add images