iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Pixabay)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Masa pandemi menjadi peluang Indonesia melakukan terobosan melakukan modernisasi kerja logistik dengan teknologi. Salah satunya dengna Smart Logistic. Tujuannya agar dapat menekan ongkos operasional dan pelayan untuk konsumen tetap prima. Hal itu diungkapkan Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB Prof Aris Purwanto.

Menurutnya, saat ini Indonesia menjadi negara di kawasan Asia dengan biaya logistik termahal. Angkanya mencapai 24 persen dari produk domestik bruto. Bandingkan denga Vietnam yang mencapai 20 persen dari PDB, Thailand 15 persen, Malaysia 13 persen, dan serta Jepang dan Singapura masing-masing 8 persen.

Selaku pegiat pertanian, tantangan yang paling dominan dari fenomena smart logistic produk holtikultura adalah kemampuan untuk memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk bermutu dan aman dengan harga terjangkau. Keinginan konsumen terhadap praktik bisnis yang jujur dan dapat dipercaya dinyatakan dengan adanya keterlacakan produk pertanian yang mereka beli.

“Misalnya dengan mengukur tingkat kemanisan buah apel dan mangga dengan memasang QR code pada buah tersebut. Kemudian jika ingin mengetahui tingkat kemanisannya kita tinggal scan QR code tersebut. Setelah itu hasilnya bisa dilihat di smartphone kita kurang dari 10 detik,” ujar Prof Aris, dalam siaran pers IPB, Minggu (5/7)

Sementara itu, menurut Prof Pribadiyono dari Lembaga Sertifikasi Profesi Quantum HRM International, logistik cerdas juga bisa diartikan sebagai produk atau jasa yang tepat pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat dan dalam kondisi yang tepat. Pendiri Quantum HRM International tersebut ini juga menyampaikan bahwa masyarakat 5.0 adalah masyarakat yang smart logistic dan masyarakat yang saling tergantung kepada sistem network. Tujuan dari masyarakat 5.0 adalah untuk mewujudkan tempat dimana masyarakat dapat menikmati hidupnya.

Logistik cerdas terjadi karena adanya pergeseran dari rantai pasokan tradisional ke jaringan pasokan terbuka. Hubungan bisnis jangka panjang yang dibanjiri oleh koneksi bisnis jangka pendek, pasar logistik yang sangat dinamis dan kompleksitas jaringan logistik yang semakin maju membutuhkan metode, produk dan layanan baru.

Selain itu, aspek-aspek seperti fleksibilitas, kemampuan beradaptasi dan proaktif semakin penting dan hanya dapat dicapai dengan integrasi teknologi baru. Logistik memiliki standar performa yang harus dicapai. Tingkat performa yang dicapai dalam kegiatan logistik adalah terjadinya keseimbangan antara kualitas pelayanan yang diharapkan pelanggan dengan semua biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Ia juga mengungkapkan cara mengelola perubahan SDM dalam smart logistik yaitu dengan re- engineering. “Kita perlu re-engineering artinya berpikir secara lateral, keluar dari jalan logika orang kebanyakan akan tetapi masih masuk akal. Berpikir dengan bergerak dari sisi pinggir yang tak terpikirkan orang lain,” tandasnya. (fin/tgr)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images