Oleh: Dahlan Iskan
GAJAH ini terjepit di antara dua gajah. Risiko bisnis ada di mana-mana. Bulan lalu bank HSBC dipanggil parlemen Inggris. Bank raksasa milik Inggris itu dianggap mendukung kebijakan anti-demokrasi. Yakni ketika pemerintah Tiongkok mengekang Hong Kong. Dengan memberlakukan UU Keamanan Nasional di pulau bekas jajahan Inggris itu.
Sebagai bank yang didirikan di Hong Kong tahun 1865 HSBC sudah membuka cabang di Shanghai tahun itu juga. Saat itu Hong Kong dan Shanghai adalah kota dagang terbesar di Asia. Belum muncul Tokyo sebagai kekuatan utama ekonomi. Apalagi Singapura.
Gerakan pro-demokrasi di Hong Kong memang sering menggalang dana lewat rekening di HSBC. Oleh Beijing gerakan itu dianggap berkembang menjadi ”pro-kemerdekaan” Hong Kong. Tiongkok tidak bisa menerima. Sepanjang tahun 2019 demo besar di Hong Kong seperti tidak habis-habisnya. Kian keras dan berdarah. Ujungnya kian terlihat keinginan mereka untuk merdeka.
Di tahun 2020 Tiongkok meredam semua itu. Lewat UU Keamanan yang baru. Tidak ada toleransi lagi. HSBC dianggap mendukung mereka.
Demi menyelamatkan bisnis, HSBC pun membekukan rekening-rekening tersebut. Kecaman meluas. Terutama dari gerakan pro-demokrasi. Parlemen Inggris pun memanggil HSBC.
Ada lagi kejadian pekan lalu. HSBC digugat di pengadilan Inggris. Yang menggugat Huawei. HSBC dianggap menjadi penyebab ditahannya Meng Wanzhou di Kanada. Sejak 2018 sampai sekarang.
Tahun itu panas-panasnya perang dagang antara Amerika dan Tiongkok. Yang dimulai oleh Presiden Donald Trump. Hari itu Meng –putri pendiri Huawei yang juga menjabat Chief Financial Officer di Huawei– sedang dalam perjalanan bisnis ke Meksiko. Dia mau mampir dulu ke rumahnyi di Vancouver, Kanada. Di bandara Vancouver, Meng ditangkap. Ditahan. Atas permintaan Amerika. Untuk dikirim ke Amerika dan akan diadili di New York.
Pengadilan Kanada yang akan memutuskan: Meng boleh dikirim ke Amerika atau tidak. Sidang itu sudah berlangsung setahun lebih. Belum ada putusan. Tanggal 1 Maret nanti sidang dibuka lagi. Putusan itu kira-kira dijatuhkan akhir Mei depan.
Sudah banyak alasan digunakan pengacara Meng untuk membebaskannyi. Misalnya bahwa perkara ini sebenarnya perkara politik. Meng hanya jadi korban perang dagang.
Di akhir pemerintahan Trump sempat ada kabar Meng akan dibebaskan. Dengan syarat mau menandatangani pernyataan bersalah. Dunia diplomatik dipenuhi oleh spekulasi rencana pembebasan ini. Tiongkok bahkan sudah mengirim pesawat Boeing 757 ke Vancouver.
Ternyata Meng tidak jadi bebas. Dia terus ditahan di rumahnyi di Vancouver. Ditemani suaminyi. Dijaga oleh detektif swasta 24 jam. Agar Meng tidak melarikan diri. Biaya penjagaan itu harus dibayar Meng.
Wanita 46 tahun ini juga harus tetap mengenakan gelang elektronik di pergelangan kaki kirinyi. Agar bisa dimonitor ke mana saja Meng pergi. Dia boleh ke mana-mana di kota indah Vancouver –asal tidak mendekati bandara.
Perintah penangkapan Meng itu bermula dari laporan HSBC. Meng dianggap menyembunyikan informasi mengenai hubungan Huawei dengan Skycom.
Buktinya: waktu makan siang di sebuah restoran di Hong Kong di tahun 2018. Saat itu Meng mempresentasikan power point ke staf HSBC.
Dalam presentasi itu, Skycom dikatakan sebagai rekanan biasa Huawei. Transaksi antara Huawei dan Skycom juga sudah selalu menggunakan dolar Amerika. Lewat bank HSBC.
Selama tiga tahun terakhir transaksi itu berjalan lancar. Tidak ada pertanyaan apa pun dari HSBC. Sampailah pada suatu hari: Reuters memberitakan bahwa Skycom itu sebenarnya anak perusahaan Huawei sendiri. Maka, ketika Skycom melakukan bisnis di negara Islam Iran, berarti Huawei melanggar sanksi Amerika atas Iran.
Huawei bersikeras bahwa dalam presentasi itu Meng sudah menjelaskan bagaimana hubungan Huawei dan Skycom. Tapi HSBC mengatakan tidak ada penjelasan itu.
Rupanya HSBC ketakutan ikut terkena sanksi Amerika. Maka HSBC memosisikan diri sebagai tidak tahu tentang hubungan itu –karena Meng menyembunyikannya.
Kini situasi hubungan Amerika-Tiongkok sudah mulai berubah –tidak ada lagi faktor Trump. Biden pun sudah menelepon Xi Jinping. Terutama untuk mengucapkan Gong Xi Fa Cai. Lalu bicara lain-lain.
Di tengah perubahan keadaan itu Huawei melihat celah: menggugat HSBC. Tuntutannya sederhana: agar Huawei diberi akses ke informasi yang ada di dalam HSBC. Khususnya mengenai apa sebenarnya yang dilaporkan HSBC ke pihak Amerika. Juga mengenai pembicaraan orang-orang HSBC dengan pihak Amerika.
Huawei menggunakan UU Bankers’ Books Evidence Act 1879, yang berlaku di Inggris. Yang memungkinkan nasabah dapat akses bank seperti itu atas perintah pengadilan. Huawei curiga ada ”penggelapan” informasi oleh bank tersebut.
Ini merupakan babak baru akibat perang dagang Trump-Xi yang melebar ke mana-mana itu. (*)