Karena itu pemberian propofol kepada wanita yang akan melahirkan tersebut sekaligus bisa berdampak mengendalikan radikal bebas –yang sangat potensial muncul di ibu yang melahirkan itu. Itu karena propofol mengandung unsur fenol. Fenol itulah antioksidan yang bisa menekan kortisol. Munculnya kortisol bisa disebut sebagai penanda datangnya radikal bebas.
Monica adalah ilmuwan yang terus memikirkan apa yang dia lakukan. Dia juga terus melakukan apa yang dia pikirkan.
Termasuk soal Konvalesen itu. Sebenarnya, ternyata, plasma Konvalesen itu tidak hanya baik untuk penderita Covid. Pun juga untuk orang yang belum terkena Covid. “Tapi kali ini kita fokus saja untuk pengobatan Covid,” ujar Monica.
Plasma Konvalesen sendiri, kata Monica, bukan ilmu baru. Plasma itu sudah pula dipaka pada pandemi Flu Spanyol nun di tahun 1918. Lalu dipakai lagi di setiap ada pandemi seperti Ebola atau MERS.
Di Maranatha, Monica tidak hanya mendapat gelar dokter umum. Tapi juga mendapat suami: Aloysius Suryawan –alumni asrama SMA Santo Yusuf Malang. Dari perkawinan ini lahir anak tunggal. Jadi dokter juga.
Sang ayah sempat tahu ketika Monica mendaftar ke fakultas kedokteran. Sempat tahu juga kalau Monica diterima, meski belum lagi masuk kuliah. Keesokan harinya sang ayah meninggal dunia. Umurnya 56 tahun. Punya penyakit tekanan darah tinggi.
Tinggal ibunda yang menyaksikan putrinya dengan prestasi tingginya. Sang ibu, 86 tahun, kini tinggal bersama Monica di Bandung.
Monica bangga dengan Surabaya: penyumbang plasma Konvalesen tertinggi di Indonesia. Apalagi Sidoarjo, tetangga Surabaya juga di urutan kedua –dengan Jakarta sebagai runner up-nya.
Memahami fenomena konvalesen ini saya kembali teringat Vaksin Nusantara –topik Disway edisi besok, atau Kapan-kapan. (*)