iklan Disway
Disway

Pesan moral yang ingin ia sampaikan: apakah perlu sesulit itu untuk membuka hati manusia?

“Sudah berapa TiktTok yang diunggah?" tanya saya.

"Sudah lebih 600".

Wow. Ia bukan anak muda lagi. Tapi main TikTok-nya mengagumkan. 

"Kapan Anda mulai ber-TikTok?"

"Agustus tahun lalu," jawabnya.

Baru tujuh bulan. Sudah lebih 600 TikTok diunggah. 

Padahal ia seorang pengusaha besar. Juga ketua sekolah Karang Turi yang terkenal itu —bos-bos Jarum tamatan Karang Turi. Ia juga ketua rumah sakit di Semarang. Masih menjabat pula ketua RT di kampungnya.

Rupanya TikTok bisa dimanfaatkan untuk promosi perusahaannya: Marimas. Yakni sirup dalam sachet. Yang belakangan berkembang pesat.

Ide awalnya memang unik: orang jual sirup itu pasti di botol. Itu sudah tidak cocok lagi. Maka ia masuk ke bisnis sirup. Beda cara. Sirup dimasukkan sachet. 

"Di semua barang konsumsi, yang paling laku adalah unit paling kecil," katanya. 

Itulah teori marketing Harjanto. Berhasil. Ia sudah punya 30 rasa sirup —dari hanya lima rasa saat dimulai.

Kini Harjanto sudah punya kekayaan jalur distribusi. Maka ia akan mengisinya dengan banyak produk makanan lainnya. Termasuk kini membuka kafe keren dengan menggunakan nama panggilan neneknya: Posin.

"Kalau kafe ini milik istri saya," katanya.

Sang istri juga alumni Karang Turi. Satu angkatan. Pacaran. Sang pacar lantas sekolah ke Amerika. Harjanto tidak kuat berjauhan. Setahun kemudian ia menyusul pacar sekolah di Amerika. "Itulah pacar saya yang pertama dan terakhir," katanya.


Berita Terkait



add images